Alamat : Desa Palabuan Kecamatan Sukahaji Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat Indonesia 45471 - Iman Ilmu dan Amal - Dzikir Fikir dan Ikhtiar - Tafakur Tadzakur Tasyakur dan Tashobur

KHUTBAH IDUL FITRI

 



HAKIKAT IDUL FITRI 


              


Ma’asiral Muslimin,  Jama’ah Shalat ‘Id Rahimakumullah

Alhamdulillah, kita panjatkan puja dan puji, kehadirat Illahi Rabbi. Allah Yang Maha Pemurah,yang telah memberikan nikmat begitu melimpah, antara lain nikmat hidayah, inayah, hidup penuh berkah, sehingga kita masih bisa duduk di atas sajadah, untuk  muhasabbah, untuk muroqobah, untuk beribadah, melaksanakan sholat Idul Fitri berjamaah . Mudah-mudahan dengan sholat ‘Id berjamaah akan menjadikan hati kita semakin sakinah, jiwa kita makin mutmainah, akhlak kita makin terarah, ibadah kita semakin istiqomah, masa depan kita makin cerah, mati dalam keadaan khusnul khotimah, fidunya hasanah wa filakhirati hasanah.

Sholawat dan salam, marilah kita sampaikan kepada junjunan kita, idola kita, panutan kita, teladan kita, pemimpin kita, imam kita, nabiyyana, wahabibanna, wasyafi’ana, wa maulana, Muhammad SAW, yang telah menaburkan rahmat, menyempurnakan nikmat, menyelamatkan umat dan yang akan memberikan safaat nanti di akhirat, khususnya bagi umatnya yang rajin sholat, rajin zakat, rajin bertobat, dan rajin membaca sholawat.

Ma’âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh 

Marilah kita tingkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah, taqwa yang sebenar-benarnya . Taqwa yang melahirkan kepatuhan, kepasrahan, ketundukan dan kedisiplinan dalam menjalankan perintahNya dan menjauhi segala larangaNya “Fi’lul wajibat, watarkul manhiyat”

Dengan taqwa hidup kita akan bahagia, dengan taqwa harkat, derajat dan martabat kita akan semakin mulia..


 •         


“Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa (QS Al-Hujurat (49) : 13 )”

Ma’asiral Muslimin,  Jama’ah Shalat ‘Id Rahimakumullah

Semenjak tadi malam suara takbir bergema dalam dada, suara tahlil bergelora dalam jiwa dan suara tahmid bergetar dalam sukma.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله اكبر الله أكبر ولله الحمد

Dengan menggemakan takbir, tahlih dan tahmid  berarti kita mengakui akan kebesaran Allah, keagungan Allah dan mengakui akan kelemahan, ketidakberdayaan  diri kita,  dengan penuh harap; mudah mudahan ibadah yang kita lakukan selama bulan romadhon ini menjadi penggugur dosa, kesalahan, kekhilafan kita yang selama ini sering kita lakukan, dan mudah mudahan Allah dzat Yang Maha Kuasa, Yang Maha Rahman, Yang Maha Rahim, berkenan menyampaikan usia kita ke romadhon romadhon yang akan datang. 

Mari kita sedikit menengok ke kanan dan ke kiri, belakang dan depan kita, dimana orang orang yang terkasih, orang yang kita cintai,  pada tahun lalu, atau minggu lalu, masih  menjabat erat tangan kita, ayah dan ibunda kita, yang kita cium tangannya, yang kita mintai doa restunya sekarang tak lagi Sholat Idul Fitri bersama kita.

Suami kita, istri kita, mungkin juga anak cucu kita yang canda tawanya menghibur kita, saat kita diuji oleh Allah SWT sekarang tak terdengar lagi tawa canda mereka bersama kita, maka kita memohon kepada  Allah SWT, semoga beliau, ayah  kita, ibunda kita, guru guru kita, istri kita, suami kita dan anak cucu kita yang telah dipanggil oleh Allah SWT juga  berbahagia di alam barzahnya seperti kita berbahagia pada kesempatan pagi ini. 

Ma’âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh 

Hari Raya Idul Fitri disebut juga hari Lebaran. Istilah ‘Lebaran’ berasal dari kata ‘lebar’ (basa sunda) yang berarti ‘sayang’, yang mengandung makna bahwa ‘Hari Lebaran’ adalah hari kasih sayang, hari dimana saling mengasihi, saling menyayangi, saling mengunjungi, saling bersilaturahim, saling memaafkan dengan keluarga, saudara, sahabat, atau kerabat lainnya.

Oleh karena itu mari kita manfaatkan momentum Idul Fitri, Hari Lebaran  ini untuk saling mengasihi, menyayangi dan memaafkan, antara lain :


Pertama : Antara Kita sebagai anak kepada orang tua

Allah SWT tegas mengatakan :

       • 

23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. ( QS. Al Isra (17) : 23 )

Allah SWT  telah memerintahkan agar kita belaku baik kepada kedua orang tua kita, yang sampai detik ini darah dagingnya mengalir deras di tubuh kita, anak-anaknya sampai akhir wafatnya. Kita tidak bisa membalas kebaikan kebaikan itu, maka setelah kita pulang dari Sholat Idul Fitri ini bagi yang sudah wafat memohonlah kepada Allah SWT agar beliau,  ayah dan ibunda kita yang telah terlebih dahulu mengahadap keharibaan Allah, diberikan tempat yang mulia disisinya, diampuni dosa dosanya, dibalas jasa jasanya terhadap kita dengan balasan pahala yang berlipat ganda disisiNya.

Sebagai anak kita seyogyanya bisa membalas kebaikan kebaikan ayah ibunda kita lebih baik dibandingkan dengan perbuatan ayah ibunda kita dan itu sulit untuk kita lakukan.

Bayangkan, minimal 4 tahun ayah kita ibunda kita memandikan kita, tapi banyak diantara kita anak anaknya yang ketika ayah ibundanya meninggal, padahal dia cuma minta sekali kalinya saja untuk dimandikan, dia tidak sanggup, dia memanggil tetangga, lalu dimana letak bakti kita kepada ayah dan ibunda kita ?

Ibu kita telah bersusah payah mengandung dan melahirkan kita, bapak kita telah bekerja tanpa lelah membesarkan dan mencukupi kebutuhan kita, tetapi ketika mereka sakit, kita tidak bisa berbuat apa apa ? Ketika mereka susah, kita tidak menghiraukannya ?

Kadang kita sebagai anaknya sering menyinggung perasaannya, menyakiti qolbunya, melukai hatinya, sehingga mereka menangis sedih, pedih, perih. Anak kebanggaan, yang jadi dambaan, impian, harapan, ternyata melawan, durhaka kepadanya. Dan jika ini terjadi pada diri kita, maka setelah pulang sholat Id, segeralah minta maaf kepada kedua orang tua kita.

Nabi Nuh AS ketika melihat Kan’an,  sang putra mau tenggelam, meminta kepada Allah, 

 •    

Tuhan sesungguhnya Kan’an itu anakku, keluargaku, selamatkanlah  dia,  

tapi apa kata Allah, 


          

bukan, meskipun dia terlahir dari spermamu, darah dagingmu, karena tidak berbakti kepadamu dan ingkar kepadaKu. Dia bukan anakmu, dia bukan keluargamu. ( QS. Hud (11):45-46 )

Naudzubillah, kalau kita disebut seperti itu, maka yang pertama kita salami nanti adalah ayah dan ibunda kita. Mudah mudahan meskipun kita belum bisa membalas kebaikan kebaikannya, Allah berkenan menggugurkan kedurhakaan kita kepada kedua orang tua kita. Smoga Allah SWT memperkenankan kita nanti bisa bersama kembali di surga yang Allah janjikan.


Kedua : Antara Kita sebagai istri kepada suami atau suami kepada istri

Saudaraku ibu ibu yang Allah mulyakan. Nabi Muhammad SAW bersabda (dalam HR. Tarmidzi) :


أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

Istri manapun yang meninggal dunia dan suaminya rela atas meninggalnya, karena suami merasa dilayani dengan baik, dia bisa menemani dengan setia, itu istri masuk surga 

Bu.., suami ibu, dikandung oleh ibundanya tercinta 9 bulan, melahirkan dia, berjuang antara hidup dan mati, disekolahkan dari TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi, bahkan sampai mendapatkan pekerjaan dan mendapat gaji yang mencukupi. Gajinya bukan diberikan kepada ibu yang membesarkannya, tak pula diberikan kepada ayahnya yang telah banting tulang siang malam, tapi gajinya diberikan kepada ibu sebagai istri.

Maka kata Rosulullah SAW (dalam HR Tarmidzi)

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Andaikan aku oleh Allah SWT diperkenankan untuk menyuruh  manusia  sujud kepada manusia yang lain, maka yang akan aku perintahkan pertama kali, istri sujud kepada suami, karena saking besarnya jasa suami kepada istrinya

Begitu juga kita sebagai suami. Nabi berpesan :

Hai sekalian suami ! hati hati dengan istrimu. Karena engkau menghalalkan istrimu itu dari ayah dan ibundanya, itu adalah amanah dari Allah. Jika engkau tidak mengajarkannya agama, tidak membimbingnya lebih dekat kepada Allah, yang paling berat bukan hianat kepada mertua kita, tapi yang paling besar adalah kita hianat kepada Allah dan Rasulnya.

Maka jika kita merasa sampai saat ini belum bisa menjadi suami yang pantas ditauladani oleh anak istri kita, belum bisa menjadi suami yang pandai mendidik agama kepada anak istri kia, belum bisa mengarahkan anak istri kita agar lebih dekat kepada Allah, belum bisa mengurus dan mencukupi segala kebutuhan anak istri kita, sesuai harapan mereka. Tidak ada salahnya kalau kita yang terlebih dahulu memohon maaf kepada istri istri kita. Sebab pada pundak kita ada amanah yang Allah bebankan untuk mengurus, menjadi tauladan istri dan anak anak kita.


Ma’âsyiral Muslimîn Rahimakumullâh 


Ketiga : Antara Kita sebagai masyarakat / sosial kepada tetangga

Terhadap orang orang yang beriman lainnya yang ada disekitar kita, Nabi kita Muhammad SAW berpesan ( dalam HR Bukhari dan Muslim ):

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ 

Tidak dianggap beriman seseorang sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri.

Bahwa tidak sempurnanya iman seseorang sampai dia mencintai tetangganya seperti mencintai diri sendiri, maksudnya kalau kita rajin tahajud, tetangga kita tidak rajin tahajud, sesungguhnya kita ingin tetangga itu rajin tahajud. Kalau kita bisa membaca Al Quran, tetangga kita tidak bisa membaca Al Quran, kewajiban kita untuk menjadikan dia paandai membaca Al Quran. Kalau kita bisa hidup senang, tetangga kita hidup melarat, kewajiban bagi kita, menjadikan tetangga itu hidup senang..

Apakah ini semua sudah kita lakukan ? Jika tidak, maka permohonan maaf yang mesti kita mintakan kepada mereka, takut nanti kita ditagih oleh tetangga kita, karena kita bersifat egois dan tidak melaksanakan kewajiban kita kepada orang orang disekitar kita.

Nabi kita Muhammad SAW menegaskan dalam (HR Ahmad )

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

Manusia yang paling baik, yang paling sukses, bukan yang paling banyak hartanya, paling popular namanya, paling tinggi jabatannya tetapi dia yang paling banyak bermanfaat bagi sebanyak banyak banyak orang.

Nabi kita berpesan dan berkata ( dalam HR Muslim ):

أَتَدْرُوْنَ مَاالْمُفْلِسُ؟

Hai sekalian umatku, apakah kalian tahu ? siapakah orang yang paling bangkrut itu ? 

Sebagian sahabat menjawab :

قَالُوا اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَدِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ

Yang paling bangkrut diantara kami wahai Rosul, dia yang tidak punya uang, tidak punya harta, 

Tapi kata Rosul bukan itu yang aku maksud :

فَقَالَ: “إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا

Orang yang paling bangkrut itu nanti dialam akhirat adalah orang yang rajin sholatnya, rajin puasanya, banyak zakatnya, pulang pergi ke mekah madinah, rajin haji dan umrohnya tapi mulutnya sering menyakiti tetangganya, tangan dan kakinya sering mendholimi tetangganya. Maka kelak ketika Allah menentukan siapa yang ke surga dan siapa pula yang ke neraka, Tat kala dia ke Surga, maka dia di protes oleh tetangganya :

Ya Robb …, Kaulah dzat yang paling adil.     

      

Ini orang memang rajin ke mesjidnya, rajin puasanya, tahajudnya mantap, hajinya berkali kali, tapi aku sebagai tetangganya nggak rela kalau dia ke surga, gara gara dia, Ya Allah hidupku merana bertahun tahun karena kedholimannya, aku nggak rela kalau dia masuk surga sedangkan aku menderita.

Apa kata Allah : apakah benar itu tetanggamu ? benar, Ya Allah. Apakah benar, kau pernah mendholiminya ? benar Ya Allah. Apakah kau pernah meminta maaf ? tidak … Ya Allah, maka diambilah pahala sholatnya, dikasih ketetanngga sebelah kanan. 

Ternyata tetangga sebelah kiri juga protes, 

Ya Allah, gara gara dia, anak saya terlantar. Maka pada hari yang penuh keadilan ini, aku mohon berbuat adilah kepada kami. Allah berkata : apakah benar itu tetanggamu, benar ya Allah , maka diambilah pahala puasanya, diambilah pahala hajinya, pahala zakatnya sampai habis semua pahalanya. Dan yang mengkomplain pahala kepada kita masih banyak, hingga akhirnya apa, sudah habis semua pahalanya. 

Dosa dosa yang belum sempat kita mintai maaf kepadanya, diambil dan diberikan kepada dia yang tidak minta maaf itu. Dan itulah hakikat orang yang bangkut di akhirat

Ma’asiral Muslimin,  Jama’ah Shalat ‘Id Rahimakumullah

Mudah-mudahan kita semua yang hadir di halaman mesjid ini, tidak hanya hadir badannya, raganya, jasmaninya, fisiknya saja, tetapi hadir pula hatinya, qolbunya, ruhnya, jiwanya termasuk orang-orang yang manfaatkan momentum Hari Raya Idul Fitri, Hari Lebaran  ini untuk saling mengasihi, menyayangi dan memaafkan, dengan ayah ibu kita, istri suami kita, anak anak kita dan tetanga disekitar kita.

الرَّجِيمِ الشَّيْطَانِ مِنَ بِاللَّهِ أَعُوذُ

   

              

9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. 

( QS Asy Syam ayat 9 – 10 ) 


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. 
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar